Jemari yang ku sentuh bergetar, aku diam seribu bahasa ketika  menginjakkan kaki di koredor Kantor Pesantren . Suara lembut menyapaku dengan halus, "Ayo rim, kita pergi ke putra deli " , Suara itu aku sangat mengenalnya , tak lain adalah Suara Ust. Amir Panatagama, S.Pd.I ,Pimpinan Pesantren .
Ya..Hari Ini santri mempersiapakan segalanya, mereka harus menyembelih rasa penat yang melekat setelah Dihantam persiapan Panggung Gembira 2011. Hamdan, selaku panitia mengambil keputusan ":potong kompas" untuk membawa santri ke Pasir Putih di sebelah timur Pantai Sumatera .
Pantai Tersebut bernama Pantai Putra Deli , Sebuah "exotic view" dapat kita temukan disini . Jika anda ingin bergegas kesana anda harus tahan nafas dan tutup hidung. Karena jika tidak  truk pengangkut pasir akan menyapa anda dengan debu tanpa pandang bulu .
Saat ini akses menuju kesana masih dikatakan jauh panggang dari api, aspal jalan sudah dilahap erosi tanah sekitar. dari Jalan menuju Kota lubuk pakam anda dapat memalingkan arah kendaraan ke Kanan setelah menemukan Lapangan Segitiga. disitu ada rel kereta api yang menjadi rambu pertama. Kami menelusuri Jl. Besar Pantai Labu , Desa Sekip . Lubuk Pakam. Itulah adalah jalur yang kami gunakan . Kondisi jalan yang tidak bersahabat membuat Aku dan ust. Amir Panatagama sedikit  kerepotan . Namun seakan tak peduli dengan apa yang kami rasakan . aku tetap melaju hingga kecamatan beringin , setelah tiba didepan lapangan sepak bola sinar harapan . kami berbelok menuju jalan kecil yang beraspal tepat berhadapan dengan lapangan tersebut. dan langsung tancap gas Untuk menuju Pantai Putra Deli .
45 Menit Duduk diatas Sepeda Motor, Perasaan lelah di perjalanan sepertinya hampir terhapus. Panorama pantai membuat para santri lupa diri . mereka seperti disihir ombak agar langsung mencebur ke pantai .
Suasana ini juga memancing beberapa asatidz untuk turun kepantai ...berbaur dengan santri untuk mendapatkan nikmatnya melampiaskan kebosanan.dari rayuan pantai Putra Deli .
Semua di sini telah membuat keadaan berubah ,tidak ada lagi istilah asatidz dan santri ketika bersenda ria . Beberapa Petuah Pesantren hanya..duduk menatap pantai , ada rasa malu atau enggan bersentuh dengan ombak.Namun tidak demikian bagi para santri , tanpa terkecuali mereka terbenam sentuhan Pantai putra deli . Keceriaan Semakin bertambah ketika ada beberapa santri yang harus menjadi korban  canda  teman-temannya .Tanpa rasa dendam seakan para korban tersebut rela harus dicebur dan dilempar berkali -kali kelaut.Namun bagi mereka disitulah nikmatnya persahabatan .tidak hanya pada keseriusan namun saat gurauan sahabat tetap sahabat .
Hamdan , sebagai pembina juga turut membantu canda tersebut . Beberapa santri ada yang menimbun badan mereka dengan pasir ." Biar kalau di foto ,nampak pantainya kata mereka.
Tidak terasa , sunset telah mengingatkan kami untuk pulang , kami berfoto bersama menancapkan dan mengabadikan gambar ditengah pasir putih. Spanduk Al-Mukhlishin di bentangkan .Para pengunjung lainnya keheranan melihat kami begitu ceria memamerkan Pesantren kami yang tercinta melaui tinta spanduk .
Baiklah kami , harus pulang banyak hal yang harus kami kerjakan . yang terpenting hal ini membuat kami semua terkesan . Sampai jumpa putra deli engkau menjadi saksi mati persahabatan para santri
wasssalam
by: abdul karim